Jumat, 27 Desember 2019

Fakta Keagungan Riwayat Dalam Peradaban Islam



Berikut beberapa data, sensus dan fakta yang membuat kita memahami keagungan proses riwayat hadis Nabi dengan lebih baik.

Hadis merupakan perkataan, (perbuatan dan sifat) Nabi yang diriwayatkan oleh para sahabatnya. Jumlah sahabat yang pernah melihat Nabi secara langsung dan mendengarkan sabda beliau adalah sebanyak 114.000 sahabat. Ini adalah jumlah sahabat yang melihat dan mendengar Nabi Muhammad pada saat haji wadā` (tahun 9 H). 

Jumlah sahabat yang berada di Madinah saat Nabi pulang ke rahmat Allah adalah sekitar 20.000. Ini adalah jumlah para sahabat yang mensalati jenazah Nabi, baik secara berjamaah, atau sendiri-sendiri. 

Dari 20 ribu ini, hanya ada sekitar 1.800 sahabat saja yang meriwayatkan hadis. Artinya pada setiap 200 sahabat, hanya ada 3 sahabat saja yang meriwayatkan hadis, atau 1.5 per 100 sahabat. Dengan kata lain, hanya ada ½ % perawi dari jumlah para sahabat. Sementara yang lainnya tidak meriwayatkan apa yang telah mereka dapatkan dari Nabi Muhammad.

Jadi para perawi hadis dari kalangan sahabat Nabi adalah orang-orang yang terpercaya, diakui dan kredibel dalam riwayat mereka, baik saat mendapatkan hadis, maupun saat menyampaikannya. Tidak ada satu pun dari mereka yang diragukan dalam segi perbuatan, ketakwaan dan didikan sempurna Nabi Muhammad pada mereka semua. 

Dari 1.800 rawi, ada sekitar 900 rawi yang hanya punya satu riwayat hadis. Ya, mungkin mereka mendengar banyak hadis, namun sepanjang hidup, mereka hanya meriwayatkan satu saja dari semua hadis yang mereka dengar, atau satu perbuatan Nabi yang mereka lihat. 

Begitu pula, dari 1.800 rawi ini, ada rawi yang meriwayatkan 2 hadis saja. Ada yang meriwayatkan 3, ada yang 4, ada yang 10 hadis saja. Juga ada yang sampai meriwayatkan 100, bahkan ada yang sampai1000, 2000, dan 3000 hadis. 

Hanya ada 15 sahabat saja yang meriwayatkan lebih dari 1000 hadis, seperti sayyidah Aisyah, Abu Hurairah, Abu Said al-Khudari, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ibnu Amr, Ibnu Mas`ud dan Anas bin Malik, Radhiyallahu `anhum.

Generasi para sahabat meriwayatkan seluruh hadis yang mereka dapat dari Rasulullah kepada generasi tabi`in. Begitu juga generasi tabi`in meriwayatkan kepada tabi` tabi`in. Setiap generasi meriwayatkan kepada generasi setelahnya. Kemudian semua hadis ini dikumpulkan dalam kitab-kitab hadis yang biasanya dinisbatkan kepada rawi yang mengumpulkannya, seperti kitab al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, al-Tirmidzi, al-Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, Al-Syafii, Malik dan lainnya. 

Ada berapa jumlah seluruh hadis Nabi yang diriwayatkan kepada kita? 

Jumlah seluruh hadis Nabi yang diriwayatkan tidaklah lebih dari 60.000 (enam puluh ribu hadis). 

Jumlah seluruh rawi yang ada di seluruh kitab-kitab hadis adalah sekitar 20.000 perawi. Seluruh rawi ini telah terdata dengan baik. Setiap rawi telah diketahui dengan detail: nama, orang tua, keluarga, tempat lahir, tempat belajar, daerah yang dikunjungi dan caranya dalam mendapat hadis. Data setiap rawi tercatat dan tersimpan dalam folder khusus di ilmu Rijāl.

Ketika kita mau mengetahui keadaan sebuah hadis, apakah riwayatnya sahih atau tidak, maka kita harus melihat keadaan para rawinya, -biasanya jumlah rawi setiap hadis berkisar antara 3 sampai 9 rawi-, untuk diteliti satu persatu sesuai data yang ada di ilmu Rijāl. Kita akan teliti apakah rawi ini terpercaya (tsiqah) dan mengingat dengan baik? Apa ia seorang alim, atau sedang, atau sering salah riwayat? Apakah ia pernah berjumpa dan meriwayatkan hadis ini dari gurunya? Dan begitu seterusnya. Semua data ini tertulis dengan baik. 

Ini adalah ilmu yang tidak dimiliki oleh peradaban apapun di alam semesta ini kecuali umat Islam. Ilmu riwayat umat Islam tidak ada dua dan tandingannya dalam meneliti keabsahan sejarah atau riwayat hingga diketahui derajat kebenarannya dengan baik, melalui penelitian detail dan ketat kepada setiap rawi. 

Dengan cara inilah para ulama meneliti 60.000 hadis Nabi, sehingga bisa diketahui derajat setiap hadis, baik derajat sahih, hasan (sedang), atau dhaif (lemah). Sementara riwayat yang tidak jelas silsilah rawinya (sanad) maka ia tidak akan diterima. 

[Maulana Syaikh Ali Jum’ah, Al-Fatāwā al-`Ashriyah, hlm. 138-140]

Sumber: @majeliskajianhadits



Previous Post
Next Post

Man 'Arofa Nafsihi 'Arofa Robbuhu | #IslamSelamatkanNegeri

0 komentar: