Selasa, 15 Agustus 2017

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM STUDI ISLAM


Hasil gambar untuk nabi musa

Oleh: Rendra Fahrurrozie

Islam sebagai ajaran yang lengkap dan menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupan (universal), menjadi topik yang sangat menarik dikaji, baik oleh kalangan intelektual muslim sendiri maupun sarjana-sarjana barat, mulai tradisi orientalis sampai dengan Islamolog (ahli pengkaji keislaman).

Tentunya dengan cara pendekatan yang berbeda dari keduanya. Kajian keislaman dikalangan intelektual muslim lebih mengutamakan pola transmisi (dakwah dan tarbiyah), sementara kajian keislaman orientalis lebih mengedepankan kajian kritis atas ajaran, masyarakat, dan institusi yang ada di dunia Islam.

Sehingga dalam pengkajian tersebut menggunakan pendekatan-pendekatan tertentu yang secara popular di kalangan akademik dianggap ilmiah. Pendekatan (approach) di sini adalah cara pandang yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama (Islam).

Pendekatan dalam Islam (oleh intelektual muslim) adalah bertujuan untuk keselamatan hidup di dunia dan akhirat, dengan sumber utama ajaran adalah Al Qur’an dan Hadits sebagai pedoman dengan jaminan tidak akan pernah tersesat selamanya.

Untuk memahami Al Qur’an dan Hadits sebagai sumber ajaran Islam, maka diperlukan berbagai pendekatan metodologi pemahaman Islam yang tepat, akurat, dan responsibel. Dengan demikian, diharapkan Islam sebagai sebuah sistem yang bersumber pada Al Quran dan Hadits, dapat difahami secara komprehensif dan dapat diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan.

Sehingga sangat penting bagi penulis untuk menyajikan makalah ini, sebab persoalan baru akan terus muncul sesuai zamannya. Pendekatan dalam memahami Islam pun akan menjadi strategis untuk dikaji dan menjadi solusi dalam pemecahan masalah yang terjadi. Islam tidak sebatas disampaikan sebagai khutbah semata, tetapi mempunyai konsep yang menunjukkan cara-cara yang paling efektif dalam memecahkan masalah manusia.

IDENTIFIKASI PENDEKATAN STUDI ISLAM

Terdapat beberapa istilah yang mempunyai arti hampir sama dan menunjukkan tujuan yang sama dengan pendekatan, yakni theoretical framework, conceptual framework, approach, perspective, point of view dan paradigma. Semua istilah ini dapat diartikan sebagai cara memandang dan cara menjelaskan sesuatu gejala atau peristiwa.[1]

Pengertian pendekatan memiliki dua orientasi, yakni:
a)      Masih terbagi dua, yakni:
a.       Berarti ”dipandang” atau ”dihampiri dengan”, artinya menjadi paradigma.
b.  Berarti ”cara menghampiri” atau “memandang fenomena (budaya dan sosial)”, artinya menjadi “perspektif” atau “sudut pandang”.
b)      Berarti “disiplin ilmu”, sehingga pendekatan menggunakan teori atau teori-teori dari disiplin ilmu yang dijadikan sebagai pendekatan.

Dengan melalui pendekatan, maka kehadiran agama (Islam) dapat dipahami oleh manusia sehingga Islam dapat berfungsi sebagai solusi masalah dan aturan yang menyelamatkan manusia.

Dalam melakukan studi terhadap Islam, diperlukan pendekatan dan metode yang tepat agar dihasilkan suatu kesimpulan mengenai Islam dalam keseluruhan aspek ajarannya secara tepat pula.[2]

Berikut beberapa pendekatan yang dipergunakan dalam memahami Islam.
1.      Pendekatan Teologis (Normatif)
2.      Pendekatan Antropologis
3.      Pendekatan Sosiologis
4.      Pendekatan Filosofis
5.      Pendekatan Historis
6.      Pendekatan Psikologis
7.    Ideologis Komprehensif


BERBAGAI PENDEKATAN DALAM STUDI ISLAM


Sebagai objek kajian keilmuan atau objek penelitian ilmiah, agama (Islam) dapat difahami dan didekati dengan berbagai macam pendekatan (approach). Pada prinsipnya, masing-masing pendekatan bertujuan untuk meneliti dan mengkaji masalah-masalah yang spesifik dari berbagai masalah keagamaan, dan juga memiliki metode penelitian yang khas yang disesuaikan dengan masalah yang ditelitinya.

Namun demikian, dalam hubungan ini, Hasan Bisri (1997:32) mengemukakan bahwa pendekatan apapun yang digunakan tentu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jadi dapat difahami bahwa, tidak ada satu pendekatan pun yang utuh dan sempuma.[3]

Hal ini bisa bersumber dari manusianya, baik karena keterbatasan-keterbatasan dalam memahami peraturan dan menangkap gejala yang dihadapi, maupun karena kerangka acuan (frame of reference) yang digunakan.

Berikut ini, akan dikemukakan tentang beberapa pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam studi Islam.

1.      Pendekatan Teologis Normatif

Pendekatan teologis normatif dalam memahami agama secara harfiah dapat diartikan sebagai upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka Ilmu Ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan lainnya.

Pendekatan normatif dapat diartikan studi Islam yang memandang masalah dari sudut legal formal atau dari segi normatifnya. Dengan kata lain, pendekatan normatif lebih melihat studi Islam dari apa yang tertera dalam teks Al Qur’an dan Hadits.

Menurut Hadidjah dan Karman al-Kuninganiy (2008:56) pendekatan normatif mempunyai cakupan sangat luas. Pada umumnya pendekatan yang digunakan oleh ahli ushul fikih (ushuliyyin), ahli hukum Islam (fuqaha) dan ahli tafsir (mufassirin) dan ahli hadits (muhaditsin) yang berusaha menggali aspek legal-formal ajaran Islam dari sumbernya selalu menggunakan pendekatan normatif.

Kekurangan pendekatan teologis antara lain bersifat eksklusif-dogmatis, tidak mau mengakui agama lain dan sebagainya. Kekurangan ini dapat diatasi dengan cara melengkapinya dengan pendekatan sosiologis dan pendekatan lainnya.

Sedangkan kebihannya, melalui pendekatan teologis normatif ini, seseorang memiliki sikap militansi dalam beragama, yakni berpegang teguh kepada yang diyakininya sebagai yang benar tanpa memandang dan meremehkan agama lainnya.

Sehingga, umat Islam tidak hanya memahami Islam melalui pendekatan teologis saja, agar pemahaman tentang Islam menjadi integral, universal, dan komprehensif. Yakni, mampu menjelaskan solusi secara faktual dan empiris atas masalah dengan tetap menjadikan Al Qur’an dan Hadits sebagai ukuran (panduan berfikir), akan tetapi pemecahan masalah kekinian dapat dicapai.

Namun pendekatan ini biasanya berkaitan dengan tauhid dan ushuluddin semata.

2.      Pendekatan Historis (Sejarah)

Secara umum, sejarah mempunyai dua pengertian, yaitu sejarah dalam arti subyektif, dan sejarah dalam arti obyektif.

Menurut materinya (subjectmatter)nya, sejarah dapat dibedakan atas:
a)      Daerah (Asia, Eropa, Amerika, Asia Tenggara, dan sebagainya)
b)      Zaman, (misalnya zaman kuno, zaman pertengahan modern)
c)      Tematis (ada sejarah sosial politik, sejarah kota, agama, seni dll)

Sebuah studi atau penelitian sejarah, baik yang lalu maupun yang kontemporer, sebenamya merupakan kombinasi antara analisa dari aktor dan peneliti, sehingga merupakan suatu realitas dari hari lampau yang konon utuh.

Metode sejarah menitikberatkan pada kronologi pertumbuhan dan perkembangan. Menurut Soerjono Soekanto (1969:30), pendekatan historis mempergunakan analisa atas peristiwaperistiwa dalam masa silam untuk merumuskan prinsipprinsip umum.

Metode ini dapat dipakai misalnya, dalam mempelajari masyarakat Islam dalam hal pengamalan, yang disebut dengan ”masyarakat Muslim” atau ”kebudayaan Muslim”.

Metode ini biasanya dikombinasikan dengan metode komparative (perbandingan). Contohnya ialah seperti yang digunakan oleh Geertz yang membandingkan bagaimana Islam berkembang di Indonesia (Jawa) dan di Maroko.

Berdasarkan penjelasan tersebut, sejarah sebenarnya hanya merupakan gambaran pelaksanaan sebuah aturan, ajaran dan ideologi tertentu. Namun ia tetaplah bersifat subjektif, artinya dia tidak bisa menjadi kaidah atau sumber hukum.

Kecuali sejarah yang diambil dengan riwayat shahih atau terpercaya dan sejarah tersebut bukan diambil dari pandangan orang kafir dan orientalis. Jika hal ini dilanggar maka studi Islam akan menjadi sebuah studi yang bersifat ‘gosip’ dan ‘fitnah’ semata.

3.      Pendekatan Antropologis

Dalam konteksnya sebagai metodologi, Antropologi merupakan ilmu tentang masyarakat dengan bertitik tolak dari unsurunsur tradisional, mengenai aneka warna, bahasabahasa dan sejarah perkembangannya serta persebarannya, dan mengenai dasardasar kebudayaan manusia dalam masyarakat.

Memahami Islam secara antropologis memiliki makna memahami Islam dengan mengungkap tentang asalusul manusia yang berbeda dengan pandangan Teori Evolusi (The Origin of Species)nya Charles Darwin. Bisa juga memahami misalnya, tentang kisah Ashabul Kahfi yang tidur (baca: ditidurkan oleh Allah) selama kurang lebih 309 tahun. Ini merupakan salah satu topik yang menarik untuk diteliti melalui pendekatan antropologis.[4]

Namun pendekatan ini penggunaannya bersifat asumtif sehingga tidak bisa membahas perkara akidah, bahkan perkara syariah, karena karakteristik pendekatan dan metode ini yang terlalu berpijak pada teoriteori barat dan bahkan menjauhi metodologi Dirasat Islamiyyah para ulama muktabar.[5]

4.      Pendekatan Sosiologis

Pada prinsipnya, Sosiologi merupakan sebuah kajian ilmu yang berkaitan dengan aspek hubungan sosial manusia antara yang satu dengan yang lain, atau antara kelompok yang satu dengan yang lain.

Pendekatan Sosiologi merupakan sebuah pendekatan dalam memahami Islam dari kerangka ilmu sosial, atau yang berkaitan dengan aspek hubungan sosial manusia antara yang satu dengan yang lain, atau antara kelompok yang satu dengan yang lain.

Namun pendekatan ini juga, lagilagi penggunaannya bersifat asumtif sehingga tidak bisa membahas perkara akidah, bahkan perkara syariah, karena karakteristik pendekatan dan metode ini yang terlalu berpijak pada teoriteori barat dan bahkan menjauhi metodologi Dirasat Islamiyyah para ulama muktabar.

Bahkan pendekatan sosiologis ini bisa menyebabkan pragmatisme dalam memahami Islam, atau Islam hanya diamalkan jika bermanfaat saja, bukan sematamata menjalankan perintah Allah.[6]

5.      Pendekatan (Metode) Filosofis

Metode filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal dengan meneliti akar permasalahannya. Metode ini bersifat mendasar dengan cara radikal dan integral, karena memperbincangkan sesuatu dari segi esensi (hakikat sesuatu).

Harun Nasution (1979:36) mengemukakan bahwa berfilsafat intinya adalah berfikir secara mendalam, seluas-luasnya dan sebebas-bebasnya, tidak terikat kepada apapun, sehingga sampai kepada dasar segala dasar.

Metode ini sangat lemah, sebagaimana dikemukakan Arkoun (1994:55) bahwa sikap filsafat mengurung diri dalam batasbatas anggitan (susunan) dan metodologi yang telah ditetapkan oleh nalar mandiri secara berdaulat. Selain itu, terkesan metode filsafat ini melakukan pemaksaan gagasangagasan.

Hal ini dikemukakan Amal dan Panggabean (1992:19), gagasangagasan yang dipaksakan terlihat dalam penjelasan para filosof Muslim mengenai kebangkitan manusia di akhirat kelak. Kemudian, sejumlah besar gagasan asing lainnya telah disampaikan oleh para filosof ke dalam Alquran ketika membahas tentang kekekalan dunia, doktrin kenabian, dan lainIain.

Disamping itu, filsafat sejatinya bukan merupakan pengetahuan semata, tetapi juga merupakan cara pandang tentang berbagai hal, baik yang bersifat teoritis maupun praktis. Secara teoritis, filsafat menawarkan tentang apa itu kebenaran? Secara praktis, filsafat menawarkan tentang apa itu kebaikan? Dari dua spektrum inilah kemudian filsafat merambah ke berbagai wilayah kehidupan manusia, sekaligus memberikan tawarantawaran solutifnya.

Karena itu, dalam konteks inilah, Ibn Qayyim alJauziyah (w.751 H/1350 M) berkesimpulan, bahwa filsafat adalah paham (isme) di luar agama para nabi. Ditambah lagi, filsafat memang ajaran yang murni dihasilkan oleh akal manusia.

Jika demikian faktanya, maka jelas filsafat itu—baik sebagai ajaran maupun pengetahuan—tidak ada dalam Islam. Sebab, Islam telah mengajarkan tentang alhaq (kebenaran) dan alkhair (kebaikan), termasuk cara pandang yang khas tentang keduanya. Bukan hanya itu, Islam juga telah menjelaskan hakikat dan batasan akal, metode berpikir dan pemikiran yang dihasilkannya.[7] 

6.      Pendekatan Psikologis

Psikologi mempelajari tentang jiwa seseorang melalui gejala perilaku yang dapat diamati. Dalam konteks studi agama, pendekatan Psikologis diartikan sebagai penerapan metodemetode dan data psikologis ke dalam studi tentang keyakinan dan pemahaman keagamaan untuk menjelaskan gejala atau sikap keagamaan seseorang, atau dengan kata lain, pendekatan psikologis merupakan pendekatan keagamaan dengan menggunakan paradigma dan teoriteori psikologis dalan memahami agama dan sikap keagamaan seseorang.

Salah satu cara yang dapat diterapkan dalam pendekatan ini adalah dengan cara mempelajari jiwa seseorang melalui perilaku yang tampak yang mungkin saja dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya.

Dalam hal ini, pendekatan psikologis tidak akan mempersoalkan benar tidaknya suatu agama atau keyakinan yang dianut seseorang, melainkan dengan mementingkan bagaimana keyakinan agama tersebut terlihat pengaruhnya dalam perilaku penganutnya.

Pendekatan ini dapat dilakukan ketika berhadapan dengan masalah sikap dan perilaku yang ditampakkan oleh para pemeluk agama. Penerapan pendekatan ini dalam studi Islam dapat dilihat, misalnya pada pengaruh yang ditimbulkan oleh ibadah puasa, dan haji terhadap perilaku yang nampak setelah ibadah tersebut dilakukan.

Pendekatan ini nampak bersifat asumtif dan individualis, sehingga tidak komprehensif, bahkan pendekatan ini hanya berbicara kelakuan para pemeluk agama yang belum tentu mencerminkan agama Islam itu sendiri.

Pendekatan seperti ini bisa menyebabkan orang yang memandang Islam malah salah paham, misal: jika sebuah masyarakat mayoritas muslim, lalu disana ada prostitusi, dan mungkin yang melakukan kemesuman dan maksiat tersebut bisa jadi orang Islam, maka dengan pendekatan psikologis bisa dianggap bahwa ajaran Islam itulah yang membolehkan prostitusi. Disinilah letak kelemahan pendekatan psikologis.

 7.      Pendekatan Ideologis Komprehensif[8]

Pendekatan ini bermula dari realitas ajaran Islam itu sendiri secara objektif, tidak terpengaruh pandangan subjektif keilmuan Barat. Islam adalah agama (addin) yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad untuk mengatur hubungan manusia dengan Allah, dengan dirinya sendiri dan dengan sesamanya.

Islam adalah ajaran yang meliputi akidah dan sistem (nizhâm). Akidah dalam konteks ini adalah keimanan kepada Allah, Malaikat, Rasul, Kitab, Hari Kiamat serta Qadha dan Qadar, yang baik dan buruknya hanya dari Allah swt semata.

Sedangkan nizhâm atau syariah adalah kumpulan hukum syara’ yang mengatur seluruh masalah manusia. Syariat Islam sendiri berisi aturan (sistem) yang bisa diklasifikasikan:
1)      Peraturan (sistem) yang menyangkut hubungan individu dengan Penciptanya (Allah swt), seperti ibadah, baik shalat, puasa, zakat, hajiumrah, termasuk jihad;
2)      Peraturan (sistem) yang menyangkut hubungan individu dengan dirinya sendiri, seperti hukum terkait pakaian, makanan, minuman, dan juga hukum seputar akhlak, yang mencerminkan sifat dan tingkahlaku seseorang;
3)      Peraturan (sistem) yang menyangkut hubungan dengan orang lain, seperti masalah bisnisperdagangan, pendidikan, sosialmasyarakat, pemerintahan, politik, sanksi hukumperadilan dan lainlain.

Karena itu pendekatan Ideologis komprehensif ini adalah sebuah cara memahami Islam yang dimulai dari sebuah pandangan bahwa Islam adalah sebuah Ideologi artinya Islam mengurusi seluruh urusan kehidupan, sehingga harus diterapkan dalam kehidupan. Metodologi ini menggunakan pendekatan yang integral dimana semua ilmu keislaman original dikerahkan, mulai dari ilmu tauhid, ulumul quran, ulumul hadits, fikih, ushul fikih, bahasa arab, dan lain sebagainya.

Pendekatan ini juga sesuai dengan khazanah keilmuan Islam yang dikembangkan para ulama muktabar. Maka dari itu pendekatan ini cocok untuk ajaran Islam. Pendekatan ini dikenalkan oleh pemikir muslim, Dr. Samih Athif azZain dalam beberapa karyanya.

File Presentasi, dapat di download di:
https://www.slideshare.net/RendraFahrurrozie/berbagai-pendekatan-dalam-studi-islam


DAFTAR PUSTAKA
Supiana, 2012. Metodologi Studi Islam, cet. II, Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Agama Islam.

Prasetiadi, Yan S, 2013. Makalah: Telaah Kritis Berbagai Pendekatan Studi
Islam. Purwakarta: Ukhuwah Islamiyyah Institute (UISI)





[1]               Prof. Supiana, Metodologi Studi Islam, cet. II, Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam, Jakarta, 2012. hal. 76
[2]               Metode dipahami lebih sempit dari pendekatan. Metode memiliki arti cara atau jalan yang dipilih dalam upaya memahami sesuatu. ; Prof. Supiana, Op. Cit. Hal. 77
[3]               Prof. Supiana, Op. Cit. Hal. 89
[4]               Ibid, hal. 9091
[5]            Prasetiadi, Yan S, 2013. Makalah: Telaah Kritis Berbagai Pendekatan Studi Islam. Purwakarta: Ukhuwah Islamiyyah Institute (UISI). Hal. 2 [diakses pada laman: https://studipemikiranislam.wordpress.com/2013/11/11/telaahkritisberbagaipendekatanstudiislam/]
[6]               Ibid, hal. 3
[7]               Ibid, hal. 3
[8]               Ibid, hal. 5

Previous Post
Next Post

Man 'Arofa Nafsihi 'Arofa Robbuhu | #IslamSelamatkanNegeri

1 komentar:

  1. Terimakasih penjelasannya tentang BERBAGAI PENDEKATAN DALAM STUDI ISLAM.
    Agar lebih jelas lagi mampir ke Muslimlife ID
    semoga berkah

    BalasHapus