Oleh: Rendra Fahrurrozie

Abstrak
Pada Senin, 17 Juli 2017 secara
bersamaan para siswa/i dari seluruh tingkatan akan memasuki tahun ajaran baru.
Menarik untuk dicermati mengenai pendidikan di Indonesia yang silih berganti
kurikulum, akan tetapi tidak melahirkan sosok generasi umat terbaik yang
sebagaimana Allah SWT kemukakan dalam firmanNya Q.S Ali Imran : 110[1].
Sebab, dari pendidikanlah
tujuan serta visi-misi suatu negara dapat disampaikan kepada generasi penerus
sebagai estafet penerus negeri. Tentunya semangat menjadi umat terbaik (Khoir
Al Ummah) dimasa yang akan datang atas negeri ini, harus kita ambil dan
berkontribusi didalamnya dengan sebaik baiknya dengan menerapkan sistem
pendidikan Islam.
Pendahuluan
Islam mendorong dengan tegas
bahwa menuntut ilmu sebagai aktivitas ibadah yang akan meninggikan derajat
manusia dalam kehidupan dunia dan di akhirat. Allah SWT berfirman,
أَمَّنۡ هُوَ قَٰنِتٌ
ءَانَآءَ ٱلَّيۡلِ سَاجِدٗا وَقَآئِمٗا يَحۡذَرُ ٱلۡأٓخِرَةَ وَيَرۡجُواْ
رَحۡمَةَ رَبِّهِۦۗ قُلۡ هَلۡ يَسۡتَوِي ٱلَّذِينَ يَعۡلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا
يَعۡلَمُونَۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ ٩
“Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah
orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia
takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah:
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.” [Q.S Az Zumar : 9]
Inilah yang menjadikan umat
Islam dan penguasa Islam (Khalifah) terpacu untuk memahami dan melaksanakan Al
Qur’an dan As Sunnah, dengan mengkaji isi kandungannya. Sehingga banyak lahir
pada masa Khilafah sosok-sosok ulama (pemikir muslim), penemu, penulis,
sejarawan, arsitek, astrolog, numerolog dan bahkan pahlawan perang (mujahid)
yang handal yang terkenal hingga saat ini.
Inilah sebabnya, Islam mampu hadirkan metode dan cara
pendidikan Islam itu. Dengan tsaqofah yang dimiliki serta sejarah pendidikan
Islam yang gemilang, akan menjadi solusi terbaik dari Allah SWT kepada Indonesia
yang saat ini masih berputar pada gaya pendidikan sekular yang melahirkan
sosok-sosok yang hipokrit (munafik).
Pendidikan Barat dan Berbagai Negara: Telah Gagal!
Sistem pendidikan Barat telah lama dianggap sebagai standar
emas yang menjadi rujukan semua bangsa lain dalam mengukur dirinya. Terutama sistem pendidikan di
Inggris, negara-negara Skandinavia, Korea, dan Jepang, sangat dijunjung tinggi,
menghasilkan ribuan orang terdidik dan berkualitas setiap tahunnya.
Christopher Winch dan John Gingell mengidentifikasi tiga (3)
tujuan dari sistem pendidikan Inggris di buku mereka Philosophy and Educational
Policy sebagai berikut[2]:
- Memberikan pendidikan berstandar untuk kelas pekerja di masa depan yang akan menjamin pemeliharaan tatanan sosial politik saat ini.
- Membuat pendidikan tradisional dapat diakses oleh mereka yang memiliki kualitas keunggulan,
- Sengaja mengisolasi beberapa bagian dari pendidikan dan membatasinya hanya untuk bangsawan. Bentuk pendidikan seperti ini akan mempertahankan hirarki saat ini dan akan terus memastikan posisi elit politik di Kerajaan, dengan menjauhkan ‘yang lemah’.
Metode
pendidikan yang kaku dan kuno ini bukan hanya tidak akan memakmurkan negara
dengan pemerintahan otoriter, namun juga negara demokrasi modern seperti
sekarang.
Tujuan
pendidikan seperti ini juga digambarkan oleh sistem pendidikan Amerika, yaitu
pada penelitian mengenai kesempatan setara untuk kemajuan berbagai kelas sosial
dan menyoroti agenda ekonomi. Ternyata terdapat kesenjangan dan diskriminasi
terhadap selain berkulit putih.
Selain
itu, di Barat terjadi pembagian kelas antara bawah, menengah dan elit seperti
yang digagas oleh Plato dan John Locke. Inilah yang menyebabkan ketidak
jelasan tujuan pendidikan di Barat.
Yang
terjadi adalah sistem berusaha untuk melanjutkan suksesi kekuasaan ke tangan
para elit, secara sistematis mendiskriminasi kelas pekerja, meninggalkan
kekosongan spiritual dalam hati manusia, menilai orang berdasarkan pada kondisi
ekonomi mereka; dan berusaha untuk mengambil manfaat dari pendidikan itu
sendiri dengan menjadikannya dapat diakses oleh masyarakat melalui biaya yang
harus dibayar.
Kekosongan
spiritual inilah yang menyebabkan kacaunya sistem pendidikan di berbagai
negara (Korea Selatan, Jepang, Finlandia, Cina dll), seperti kekerasan seksual
pada anak umur 5 tahun, penipuan, menyerobot, penondongan, bolos, perlawanan
terhadap aturan, narkoba, tawuran, gengster dan lainnya.[3]
Sekularisme
Menginfeksi Tujuan Pendidikan di Indonesia
Pendidikan adalah metode
untuk menjaga akidah dan tsaqofah Islam. Sehingga tidak dapat terpisah antara
pendidikan dan agama. Inilah yang dapat melahirkan generasi umat terbaik dari
negeri ini, yang membawa kebaikan bagi negerinya.
Ketika sistem pendidikan Barat
yang menjauhkan nilai-nilai spiritual dalam kurikulum pendidikannya menjadi
acuan, maka krisis moral dan perilaku manusia terjadi. Walaupun
individu-individu tersebut memiliki kecerdasan intelektual baik.
Setidaknya ada 3 hal yang
merusak pendidikan Indonesia dan dunia Islam saat ini, yakni[4]:
- Tujuan pendidikan Barat yang dijadikan acuan.
- Kapitalisasi atau Komersialisasi pendidikan.
- Pendidikan yang fokus pada kesuksesan individual.
Kapitalisasi pendidikan akan mengakibatkan
kesenjangan dalam memperoleh pendidikan bagi masyarakat, inilah yang
menyebabkan akses pendididikan menjadi mahal. Ditambah lagi dengan kurikulum
pendidikan yang sekular dan tidak memiliki visi independen yang tulus untuk
melayani kebutuhan pendidikan rakyat dan berkontribusi untuk kemajuan negeri
oleh negara.
Di samping semua ini, tata kelola yang buruk dan
investasi yang rendah dalam pendidikan selama puluhan tahun ini disebabkan oleh
sistem dan kebijakan kapitalis yang cacat, serta rezimrezim minus visi yang
gagal memberikan posisi penting bagi pendidikan telah memperparah ‘Krisis
Pendidikan’ ini.
Seiring makin intensifnya agenda
sekularisasi pendidikan yang mengancam rusaknya identitas Islam yang telah
terjadi di semua lini dalam wujud, yakni:
- Dikotomi (pemisahan) penyelenggaraan pendidikan umum dan agama,
- Arah pembuatan kurikulum yang lebih menitik-beratkan penyiapan kerja bukan pembangunan kepribadian, dan
- Semakin banyaknya muatan materi bertentangan dengan Islam yang masuk ke ruangruang kelas, dengan dalih label Islam Damai (Moderat) dalam modul muatan agama, ini wajib di koreksi.
Serta yang lahir dari sistem pendidikan sekular
adalah SDM muslim yang anti Islam. Ini telah terbukti dan bahkan banyak mereka
yang lulusan luar negeri di negara negara Barat dan kembali ke Indonesia, anti
dengan nilai Islam.
Ini menjadikan upaya untuk meraih umat terbaik
sebagaimana Allah SWT firmankan dalam Q.S Ali Imran 110 diatas, tidak akan
terwujud. Sebab, generasi Islam tersebutlah yang akan menyeru pada yang ma’ruf
(kebajikan) dan mencegah dari yang munkar (kebatilan) adalah generasi
yang bertsaqofah Islam dan mendakwahkan Islam sebagai solusi masalah
manusia.
Sehingga kontribusi untuk
penyelesaian masalah yang ada ini, diperlukan oleh semua pihak dan semua elemen
masyarakat.
PENDIDIKAN ISLAM: Solusi Terbaik dan Lahirkan Generasi Umat Terbaik
Tantangan terbesar dalam
pendidikan di Indonesia sebagai negeri muslim terbesar di dunia, adalah bagaimana
pendidikan memiliki nilai Ideologi Islam sehingga bisa menghasilkan output yang
mumpuni. Yakni, melahirkan manusia yang bersyakhsiyah Islam.
Menurut Ismail Yusanto
(Jakarta:2017), persoalan pendidikan harus dikembalikan kepada dua (2) hal. Pertama,
tujuan Allah menciptakan manusia adalah sebagai Abdullah. Hamba Allah yang taat
kepada Allah baik pemikirannya maupun perilakunya, atau berkepribadian Islam. Kedua,
Allah menciptakan manusia sebagai Khalifah fii Al-Ardh, yaitu misi untuk
memakmurkan bumi dengan ilmu untuk mempermudah sarana kehidupan dengan menguasai
saintek.[5]
Sehingga, kegagalan
pendidikan Barat dalam tujuan dan rusaknya sistem pendidikan mereka tidak
seharusnya menjadi acuan bagi dunia Islam termasuk Indonesia dalam membangun
manusianya. Sebab, nilai-nilai spiritual yang dipisahkan dalam pengajaran dan
pendidikan dikelas atau sekolah yang menitik beratkan pada penyiapan
keterampilan atau kecerdasan individual.
Sebagai contoh realisasi yang
telah terjadi dimasa lalu (yang terdekat dengan masa kita sekarang) adalah sistem
pendidikan dasar Kekhilafahan Usmaniyah. Dalam artikelnya yang dipublikasikan oleh
Jurnal internasional Humaniora dan ilmu sosial pada tahun 2013, Professor Dr.
Selami Sonmez dari Universitas Atatürk di Turki,[6]
“Bahwa gaya mengajar yang
fleksibel pada saat itu membuat anakanak belajar berdasarkan kecepatan mereka,
dan murid yang memiliki kemampuan yang lebih didorong untuk berprogres lebih
cepat dan murid yang memiliki kemampuan kurang diberikan waktu lebih untuk
menyelesaikan dengan baik. Kelas yang lebih besar didukung oleh muridmurid
yang paling cerdas yang ditunjuk sebagai asisten mengajar bagi murid yang lain,
fenomena yang saat ini, menjadi perkembangan terkini di dalam sistem sekolah
Barat.
Bahkan dibandingkan dengan dunia pada saat ini,
karakteristik dan fungsi sekolah dasar… adalah sebuah kemewahan, dan banyak
negara yang masih belum bisa mencapai konsep ini.”
Selain bertujuan membentuk
kepribadian Islam, sistem pendidikan Islam mensyaratkan kemauan politik negara
untuk memberlakukan Islam secara total dalam seluruh aspek kehidupan dengan tegaknya
khilafah Islamiyah.
Sebab, Khilafah memberikan
kemudahan akses pendidikan kepada semua masyarakat dan fasilitas pendidikan
yang memadai sehingga dapat diakses oleh semua kalangan, baik masyarakat kaya
maupun miskin, laki-laki maupun perempuan, muslim maupun non muslim, berkulit
apapun itu. Semua berhak mendapatkan pendidikan terbaik tanpa diskriminasi. Wallahu’alam bishowab.
Daftar Pustaka
Al Qur’an Al Karim
Tahrir Indonesia, Hizbut. Maret 2017. https://hizbuttahrir.or.id/category/muslimah/.
Rangkaian Artikel Konferensi Perempuan Internasional “Khilafah dan
Pendidikan: Menghidupkan kembali Masa Keemasan”
[1]
110. “Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli
Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
[2] Reem Ahmed. Maret 2017. Kegagalan Pendidikan di Barat (Bagian 1): Tujuan Pendidikan di Barat. http://hizbuttahrir.or.id/2017/03/02/kegagalanpendidikandibaratbagian1tujuanpendidikandibarat/pendidikanbarat/
[3] Reem Ahmed. Maret 2017. Kegagalan Pendidikan di Barat (Bagian 2): Kecacatan Sistem Pendidikan di Berbagai Negara.http://hizbuttahrir.or.id/2017/03/02/kegagalanpendidikandibaratbagian2kecacatansistempendidikandi-berbagainegara
[4] Fika Komara. Maret 2017. Sekularisme Menginfeksi Tujuan Pendidikan di Dunia Islam. http://hizbuttahrir.or.id/2017/03/11/fikamkomarasekularismemenginfeksitujuanpendidikandiduniaislam
[5] Ismail Yusanto, saat menjadi pembicara pada acara pembuka dalam Pameran Khilafah dan Pendidikan di Gedung Perwira Balai Sudirman, Jakarta Selatan, Jumat (10/3/2017). Sumber: http://hizbuttahrir.or.id/2017/03/10/membincangpendidikanideal
[6] Lihat: http://hizbuttahrir.or.id/2017/03/07/sistempendidikandasarpadakekhilafahanusmaniyah, dimana terdapat gambaran tentang susunan daftar dari tujuan sistem pendidikan dasar Kekhilafahan Usmaniyah bahkan protokol khusus berupa tunjangan-tunjangan yang didapat oleh para siswa dari negara.
0 komentar: